Banyak
guru menyebut bahwa mereka berhasil dalam pembelajaran penguatan konsep
melalui teknik peta pikiran. Apa sih peta pikiran itu? Mind Mapping
atau Peta Pikiran adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh
Tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan
informasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi
dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan
pada sel-sel saraf yang bercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas
akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Dari fakta tersebut maka
disimpulkan apabila kita juga menyimpan informasi seperti cara kerja
otak, maka akan semakin baik informasi tersimpan dalam otak dan hasil
akhirnya tentu saja proses belajar kita akan semakin mudah.
Dalam peta pikiran, kita dapat melihat hubungan antara satu ide dengan
ide lainnya dengan tetap memahami konteksnya. Ini sangat memudahkan otak
untuk memahami dan menyerap suatu informasi. Mengapa? karena cara
kerjanya mirip dengan cara kerja koneksi di dalam otak. Di samping itu,
peta pikiran juga memudahkan kita untuk mengembangkan ide karena kita
bisa mulai dengan suatu ide utama dan kemudian menggunakan
koneksi-koneksi di otak kita untuk memecahnya menjadi ide-ide yang lebih
rinci.
Otak manusia terdiri dari 2 belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan
(right hemisphere) yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut
corpuss callosum. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir
rasional, analitis, berurutan, linier, saintifik seperti membaca,
bahasa, dan berhitung. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk
mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Kedua belahan otak tersebut
memiliki fungsi, tugas, dan respons berbeda dan harus tumbuh dalam
keseimbangan.
Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala fakta
dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja
alami otak dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan lebih mudah
mengingat dan menarik kembali informasi dikemudian hari. Tetapi, sistem
pendidikan modern memiliki kecenderungan untuk memilih
keterampilan-keterampilan “otak kiri” yaitu matematika, bahasa, dan ilmu
pengetahuan dari pada seni, musik, dan pengajaran keterampilan
berpikir, terutama keterampilan berpikir secara kreatif.
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan cara kerja peta pikiran adalah
menuliskan tema utama sebagai titik sentral (tengah) dan memikirkan
cabang-cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari titik tengah
tersebut dan mencari hubungan antara tema turunan. Itu berarti setiap
kali kita mempelajari sesuatu hal maka fokus kita diarahkan pada apakah
tema utamanya, poin-poin penting dari tema yang utama yang sedang kita
pelajari, pengembangan dari setiap poin penting tersebut, dan mencari
hubungan antara setiap poin. Dengan cara ini maka kita bisa mendapatkan
gambaran hal-hal apa saja yang telah kita ketahui dan mana saja yang
masih belum dikuasai dengan baik.
Untuk mengajak anak membuat peta pikiran, diperlukan beberapa hal,
yaitu: kertas kosong tak bergaris, pena atau spidol berwarna, otak, dan
imajinasi. Tujuh langkah dalam membuat peta pikiran: (1) mulailah dari
bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya di letakkan mendatar,
(2) gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, karena gambar
melambangkan topik utama (3) gunakan warna, karena bagi otak warna sama
menariknya dengan gambar sehingga peta pikiran lebih hidup, (4)
Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan
cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan
seterusnya, (5) buatlah garis hubung yang melengkung, (6) gunakan satu
kata kunci untuk setiap cabang atau garis, (7) gunakan gambar, karena
setiap gambar bermakna seribu kata.
Kegiatan membuat peta pikiran dapat dimulai dengan pertanyaan, misalnya
tema binatang. “Kalau kamu mendengar kata binatang apa yang terlintas di
pikiranmu?” Biarkan anak menggambar atau menuliskan apa yang menjadi
imajinasinya. Tidak ada jawaban atau pendapat anak yang salah, karena
semua pendapat adalah benar. Ini akan terlihat dari cabang yang akan
mereka buat yang memperinci pendapat sebelumnya.
Bahasa gambar adalah cara penyampaian informasi dengan menggunakan
gambar. Bahasa gambar digunakan pada peta pikiran karena otak memiliki
kemampuan alami untuk pengenalan visual, bahkan sebenarnya pengenalan
yang sempurna. Inilah sebabnya anak akan lebih mengingat informasi jika
menggunakan gambar untuk menyajikannya. Peta pikiran menggunakan
kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang
sebesar-besarnya. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang
melengkung, peta pikiran lebih merangsang secara visual daripada metode
pencatatan tradisional, yang cenderung linear dan satu warna.
Para jenius kreatif menggunakan bahasa gambar untuk menyusun,
mengembangkan, dan mengingat pikiran mereka. Sebagai contoh Leonardo da
Vinci. Leonardo menggunakan gambar, diagram, simbol, dan ilustrasi
sebagai cara termurni untuk menangkap pikiran-pikiran yang bermunculan
di otaknya dan mencurahkannya di kertas. Baginya, bahasa kata-kata
berada di tempat kedua sesudah bahasa gambar dan digunakan untuk memberi
label, menunjukkan atau menjelaskan pikiran dan penemuan kreatifnya.
Gambar-gambar membantu Leonardo menjelajah pikirannya dalam berbagai
bidang, seni, ilmu faal, permesinan, akuanautik, dan biologi. Contoh
lain adalah Richard Feynman, fisikawan pemenang hadiah nobel, ketika
masih muda menyadari bahwa imajinasi dan visualisasi adalah bagian
terpenting dari proses pemikiran kreatif. Dengan begitu ia memainkan
permainan-permainan imajinasi dan belajar menggambar. Ia menempatkan
seluruh teori kuantum elektrodinamik ke bentuk visual dan diagramatik
yang baru. Ini menjurus ke pengembangan diagram Feynman yang sekarang
terkenaldengan representasi gambar dari interaksi partikel, yang
sekarang digunakan murid di seluruh dunia untuk membantu mereka
memahami, mengingat, dan menciptakan ide-ide dalam realisme fisika dan
ilmu umum.
Dalam segala hal peta pikiran dapat digunakan. Ajak anak membuat peta
pikiran setiap saat. Seperti dalam bukunya, “Mind map untuk anak” Tony
Buzan mengajak untuk menggunakan peta pikiran di setiap kesempatan.
Misalnya membuat peta pikiran tentang “Aku”. Dengan mengajak anak
mengenal dirinya sendiri, gambar dirinya, kegiatan yang dilakukannya,
kesukaannya, kesayangannya, orang terdekatnya, cita-cita, khayalannya,
binatang peliharaan, atau lainnya. Contoh lainnya yaitu mengajak anak
membuat peta pikiran untuk merencanakan liburan. Menentukan kapan waktu
pelaksanaannya, tempat, siapa yang ikut, transportasi yang digunakan,
akomodasi yang perlu disiapkan, barang yang akan dibawa, dokumentasi,
dan seterusnya menggunakan gambar dan kata-kata kunci. Peta pikiran juga
dapat dibuat misalnya untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah, mengajak
anak membuat cerita, membuat surat, atau mencari tahu kado yang tepat
diberikan kepada ayah atau ibu di hari ulang tahun mereka .
Pastikan Tema Utama Terletak Ditengah-Tengah
Contohnya, apabila kita sedang mempelajari pelajaran sejarah kemerdekaan
Indonesia, maka tema utamanya adalah Sejarah Indonesia. Dari tema
utama, akan muncul tema-tema turunan yang masih berkaitan dengan tema
utama. Dari tema utama “Sejarah Indonesia”, maka tema-tema turunan dapat
terdiri dari: Periode,Wilayah, Bentuk Perjuangan ,dll.
Cari hubungan antara setiap tema dan tandai dengan garis, warna atau
simbol. Dari setiap tema turunan pertama akan muncul lagi tema turunan
kedua, ketiga, dan seterusnya. Maka langkah berikutnya adalah mencari
hubungan yang ada antara setiap tema turunan. Gunakan garis, warna,
panah atau cabang, dan bentuk-bentuk simbol lain untuk menggambarkan
hubungan diantara tema-tema turunan tersebut.
Pola-pola hubungan ini akan membantu kita memahami topik yang sedang
kita baca. Selain itu peta pikiran yang telah dimodifikasi dengan simbol
dan lambang yang sesuai dengan selera kita, akan jauh lebih bermakna
dan menarik dibandingkan peta pikiran yang “miskin warna”.
Gunakan Huruf Besar
Huruf besar akan mendorong kita untuk hanya menuliskan poin-poin penting
saja di peta pikiran. Selain itu, membaca suatu kalimat dalam gambar
akan jauh lebih mudah apabila dalam huruf besar dibandingkan huruf
kecil. Penggunaan huruf kecil bisa diterapkan pada poin-poin yang
sifatnya menjelaskan poin kunci.
Buat Peta Pikiran Di Kertas Polos dan Hilangkan Proses Edit
Ide dari Peta Pikiran adalah agar kita berpikir kreatif. Karenanya
gunakan kertas polos dan jangan mudah tergoda untuk memodifikasi peta
pikiran pada tahap-tahap awal. Karena apabila kita terlalu dini
melakukan modifikasi pada peta pikiran, maka sering kali fokus kita akan
berubah sehingga menghambat penyerapan pemahaman tema yang sedang kita
pelajari.
Sisakan Ruangan Untuk Penambahan Tema
Peta pikiran yang bermanfaat biasanya adalah yang telah dilakukan
penambahan tema dan modifikasi berulang kali selama beberapa waktu.
Setelah menggambar peta pikiran versi pertama, biasanya kita akan
menambahkan informasi, menulis pertanyaan atau menandai poin-poin
penting. Karenanya selalu sisakan ruang di kertas peta pikiran untuk
penambahan tema.
Saat otak menerima suatu informasi, ia akan berusaha menghubungkannya
dengan informasi lain yang sudah ada sebelumnya. Setiap hubungan ini
akan menciptakan koneksi baru di dalam otak. Itulah sebabnya kita lebih
mudah mempelajari ilmu di bidang yang akrab bagi kita daripada di bidang
yang asing bagi kita. Otak dapat lebih mudah dan lebih cepat
menciptakan koneksi untuk ilmu yang sudah akrab bagi kita.
Sebenarnya, anak-anak dapat menuangkan pikiran dengan caranya
masing-masing. Proses menuangkan pikiran menjadi tidak beraturan atau
malah tersendat ketika anak-anak terjebak dalam model menuangkan pikiran
yang kurang efektif sehingga kreativitas tidak muncul. Model dikte dan
mencatat semua yang didiktekan pendidik, mendengar ceramah, dan
mengingat isinya, menghafal kata-kata penting, dan artinya terjadi dalam
proses belajar dan mengajar di sekolah atau di mana saja menjadi kurang
efektif ketika tidak didukung oleh kreativitas pendidik atau anak itu
sendiri. Masalah-masalah lain muncul ketika anak berusaha mengingat
kembali apa yang sudah didapatkan, dipelajari, direkam, dicatat atau
yang dahulu pernah diingat. Beberapa anak mengalami kesulitan
berkonsentrasi, atau ketika mengerjakan tugas. Ini terjadi dikarenakan
catatan ataupun ingatannya belum teratur. Untuk itu dibutuhkan suatu
alat untuk membantu otak berpikir secara teratur.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar