Dalam sejarah Islam ada panglima perang yang memiliki strategi luar
biasa, benar-benar luar biasa karena tidak pernah dilakukan oleh
siapapun sebelumnya. Panglima perang tersebut adalah Thariq Bin Ziyad
yang pada tahun 97 H (sekitar tahun 710 Masehi) memimpin 7,000 pasukan
Islam memasuki Spanyol yang dijaga oleh 25,000 pasukan pimpinan Raja
Roderick.
Untuk menyemangati pasukannya agar tidak gentar melawan
musuh yang memiliki kekuatan jauh lebih besar, dan agar tidak ada
satupun dari pasukaannya yang berpikir untuk ambil langkah mundur - apa
yang di lakukan Thariq ?, dia membakar seluruh kapal-kapal yang dipakai
pasukannya untuk mencapai pantai tenggara Spanyol. Ketika pasukannya
bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan sang panglima ini, Thariq
menjawabnya dengan pidato yang terkenal sbb :
“Wahai
saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan
kalian, ke manakah kalian akan lari?, Demi Allah, yang kalian miliki
hanyalah kejujuran dan kesabaran. Ketahuilah bahwa di pulau ini kalian
lebih terlantar dari pada anak yatim yang ada di lingkungan orang-orang
hina. Musuh kalian telah menyambut dengan pasukan dan senjata mereka.
Kekuatan mereka sangat besar, sementara kalian tanpa perlindungan selain
pedang-pedang kalian, tanpa kekuatan selain dari barang-barang yang
kalian rampas dari tangan musuh kalian. Seandainya pada hari-hari ini
kalian masih tetap sengsara seperti ini, tanpa adanya perubahan yang
berarti, niscaya nama baik kalian akan hilang, rasa gentar yang ada pada
hati musuh akan berganti menjadi berani kepada kalian. Oleh karena itu,
pertahankanlah jiwa kalian”.
Tekad yang sangat kuat untuk hidup
mulia atau mati syahid “Isy Kariman au Mut Syahidan” inilah yang dapat
membawa kejayaan Islam dari waktu ke waktu.
Kita tahu akhirnya
dalam sejarah bahwa diawali oleh tekad yang sangat kuat dan
kebergantungan kepada Allah semata tersebut, Islam menjangkau wilayah
yang paling luas beberapa puluh tahun kemudian setelah strategi ini
ditempuh Thariq dan pasukan-pasukannya.
Ketika cerita tentang
Thariq ini diajarkan secara turun temurun baik di dunia Islam maupun
diluar Islam, maka sekitar 800 tahun kemudian, kurang lebih sepuluh
generasi setelah Islam masuk Spanyol – anak keturunan bangsa Spanyol
yang bernama Hernando Cortez - pun meniru bulat-bulat strategi Thariq
tersebut diatas ketika ia memimpin ekspedisi penaklukan ke Mexico.
Hernando
Cortez yang memimpin expedisi penaklukan bangsa Aztecs untuk merebut
emas dan harta-harta lainnya ini membakar keseluruhan 11 kapal yang
digunakan untuk membawa pasukannya mencapai daratan Mexico. Dengan
demikian tidak ada pikiran untuk mundur, jalan hanya satu arah yaitu
maju kedepan.
Kita juga tahu hasil dari kebulatan tekat Hernando
Cortez ini, sampai sekarang bahasa resmi yang dipakai di Mexico adalah
bahasa Spanyol. Ini menunjukkan betapa berhasilnya Hernando Cortez
meniru strategi Thariq Bin Ziyad dalam upayanya untuk menaklukkan Mexico
yang menjadi jajahan Spanyol sampai beratus tahun kemudian.
Kalau
seorang Hernando Cortez saja bisa belajar dan menikmati ke-sukses-an
dari meniru strategi Panglima Perang Islam Thariq Bin Ziyad, masa kita
umat Islam di masa kini tidak bisa mencapai kesuksesan dengan belajar
dari keberhasilan tokoh pejuang sekaliber Thariq ini ?.
Kalaulah
medan kita bukan atau belum medan perang saat ini, minimal strategi
Thariq dengan membakar kapal ini bisa kita terapkan di tekad kita untuk
membangun usaha, untuk meninggalkan tempat kerja yang kita ragukan
‘kebersihan’-nya misalnya.
Dari pengalaman saya berinteraksi
dengan sekian banyak peserta Pesantren Wirausaha dan juga peserta yang
ikut pelatihan CIED (Center for Islamic Entrepreneurship Development) ,
penghalang terbesar dari setiap peserta yang ingin menjadi entrepreneur
adalah keberaniannya untuk benar-benar terjun ke usaha – serta
benar-benar meninggalkan pekerjaan sebelumnya.
Pengalaman saya
sendiri-pun menunjukkan demikian; tidak kurang dari enam kali usaha
berwiraswasta yang saya lakukan diluar jam kantor - ketika saya masih
aktif sebagai eksekuitif ; tidak satupun yang berhasil. Yang ketujuh,
kedelapan dan seterusnya insyaallah berhasil karena kapal saya
benar-benar saya bakar.
Untuk mencapai karir puncak di Industri
asuransi & investasi di usia muda, dengan sangat bersusah payah saya
peroleh gelar profesi yang paling tinggi di New Zealand, Australia dan
Inggris. Sangat sedikit professional asuransi & investasi Indonesia
yang mencapai pengakuan semacam ini. Namun sejak lahirnya fatwa MUI
bahwa bunga bank haram awal 2004 ( Fatwa No 1 Tahun 2004 Tentang Bunga),
tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan mengenai keharaman bunga bank
dan produk-produk yang terkait dengannya di dunia finansial - maka
pekerjaan saya sebelumnya harus saya tinggalkan.
Maka
alhamdulillah kapal yang namanya gelar professional dan karir puncak di
industri finansial tersebut telah habis saya bakar dua tahun lalu. Sejak
saat itu, mirip yang dilakukan oleh Thariq dan juga Cortez, medan
‘pertempuran’ saya menjadi medan ‘pertempuran’ yang sama sekali baru.
Tidak mudah, tetapi juga tidak mustahil – hanya pertolongan Allah-lah
yang menjadikan yang sukar itu mudah.
Jadi bagi Anda yang ingin
pindah quadrant dari pegawai/eksekutif ke pengusaha, bila Anda berani
membakar kapal Anda, Insya Allah Andapun juga bisa berhasil….!. Wa
Allahu A’lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar